Kekhawatiran Pada Masa Depan

07.52 Robi Afrizan Saputra 0 Comments


Anak muda yang baru lulus kuliah, ia ibarat masuk ke dalam sebuah pintu kehidupan yang sebenarnya. Kalau dulu semasa kuliah, gampang banget bilang ke orangtua, "Mah, duit udah habis. Kabarin aja ya, kalo udah ditransfer." Maka saat resmi menyandang status sebagai sarjana, saya yakin, ada beban tersendiri untuk mengucapkan itu lagi.

Tiba-tiba datang semacam teguran dan dengan tegas diri sendiri berbicara, "Aku harus segera mandiri." Tiba-tiba merasa malu saat masih saja meminta uang kepada orangtua saat sudah ditetapkan menjadi sarjana. Tiba-tiba merasa (sering) gelisah saat tidak tahu akan melangkah ke mana. Betul?

Ada satu hal lagi, yang barangkali ini tidak akan pernah dirasakan oleh mereka yang masih berstatus sebagai mahasiswa. Satu hal ini, saya yakin, hanya dirasakan oleh mereka yang sudah pascakampus, mereka sudah resmi dinyatakan lulus.

Adalah perbedaan realitas antara di kampus dan di pascakampus. Kalau dulu semasa di kampus dengan mudah, idealis dan berapi-apinya mengatakan bahwa "saya nanti setelah lulus sarjana akan S2 di universitas ini, universitas itu, universitas dalam negeri atau luar negeri; saya setelah lulus akan bekerja di perusahaan ini atau perusahaan itu; dan segala kalimat-kalimat lainnya yang seolah mudah untuk digapai, ketika itu."

Namun, saat dinyatakan lulus sarjana dan masuk ke dalam kehidupan yang sebenarnya, ternyata tidak segampang yang dulu pernah dibayangkan.

Ada banyak konflik, kegelisahan, dan kekhawatiran akan  masa depan. Terlebih di saat melihat teman-teman lain yang satu per satu sudah menemukan jalan hidupnya. Sedangkan kita, masih saja belum tahu akan menuju ke arah yang mana.

Kegelisahan ini, kalau terus diikuti, maka akan menyebabkan kita merasakan kegelisahan yang berkepanjangan. Sebangun tidur di pagi hari, merasa gelisah saya belum mendapatkan pekerjaan juga hingga saat ini. Sebelum tidur di malam hari, merasa gelisah besok saya akan ngapain ya? Dan, kegelisahan itu pun menjadi rutinitas yang kita rasakan dari hari ke hari.

Maka dari itu, tugasmu ketika merasakan kegelisahan saat sudah dinyatakan lulus namun belum juga menemukan jalan yang harus dituju, teruslah berikhtiar; sembari terus berjuang menemukan passion di dalam dirimu. Kamu tidak boleh terlalu mengkhawatirkan masa depan. Tenanglah. Karena perihal masa depan (rezeki) Allah sudah benar-benar menjaminnya. Asalkan kamu setelah lulus tidak malas-malasan, tidak mager-mageran, dan terus berjuang mencari perluang. Maka, perlahan kamu pasti sedang melangkah menuju kesuksesan. Cepat atau lambatnya. Namun, teruslah untuk melangkah.

Ibarat sebuah kereta api, awal berjalan begitu lambat pelan-pelan, namun ia terus bergerak. Semakin cepat dan semakin cepat. Kemudian sampailah ia di tujuannya. Begitu pun kamu, walau langkahmu setelah lulus belum tahu akan ke mana dan terasa begitu berat, teruslah untuk berjalan dan bergerak. Jangan malas-malasan. Allah sudah menjamin masa depanmu, dengan syarat kamu terus berikhtiar!

Untukmu yang saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa, maka mulailah untuk mempersiapkan masa depanmu sekarang juga. Tentukan arah hidupmu dan mulailah memperjuangkannya sesegera mungkin. Semakin cepat kamu memulai, maka akan semakin cepat kamu sampai di tujuan. Kalau masih menunda-nunda, maka sadar atau tidak kamu telah ditinggalkan oleh teman sebayamu yang berani memulai dengan segera. Mereka sudah sampai di titik yang jauh, kamu masih saja belum bergerak.

Di kampus, jangan lagi banyak nongkrongnya, namun yang ditongkrongin ga tahu ngomongin apa. Cuma ketawa-ketawa doang. Di kampus, jangan banyak malasnya. Keluarlah dan carilah relasi seluas-luasnya. Beranilah untuk mencoba banyak hal yang baru. Jangan takut untuk gagal. Karena dengan kegagalan itu kamu akan paham hal mana yang harus dievaluasi dan hal mana yang harus terus dilalui. Selamat berjuang anak muda!

IG: robiafrizan1
19 November 2018, di Kereta Api Argo Parahyangan dari Bandung menuju Gambir Jakarta.

You Might Also Like

0 komentar: